Back

5 Cara Menjadi Lebih Asertif

Sikap asertif adalah ketika anda mampu memberi tahu orang lain mengenai apa yang anda inginkan atau tidak inginkan dengan tegas dan percaya diri. Anda tidak takut atas kritik ataupun konflik, anda berani menyampaikan pendapat dengan jujur dan sopan. Ketika anda memaksakan kehendak, maka itu bukanlah sifat asertif, melainkan sikap agresif. Sebaliknya, ketika anda tidak berani menyampaikan pendapat anda demi menghindari konflik, itu adalah sikap pasif. Asertif adalah ketika anda mampu menyampaikan pendapat anda dengan tenang dan tidak membuat orang lain tersinggung. Berikut adalah 5 cara untuk dapat melakukan sikap asertif dan membuat hidup anda menjadi lebih mudah dan positif.

  1. Mengetahui Prioritas

    Langkah pertama bagi anda untuk bisa menjadi orang yang asertif adalah mengetahui apa prioritas anda dalam hidup. Cari tahu hal apa yang tidak bisa diganggu gugat dalam hidup anda. Bisa saja berupa kesehatan anda, atau mungkin sesuatu yang spesifik, seperti pencapaian anda dalam pekerjaan. Ketika anda mengetahui apa prioritas anda, maka anda akan lebih mudah untuk memegang teguh prioritas tersebut karena anda tahu dimana anda harus berpijak. Anda mengetahui tindakan apa yang perlu anda lakukan dan bagaimana menyampaikan kebutuhan dan keinginan anda dengan baik.

    Visualisasikan diri anda sedang berperilaku positif. Imajinasikan diri anda merasa percaya diri dan melakukan apa yang anda inginkan sambil tetap menghargai orang lain. Ketika anda membayangkan diri anda mampu melakukan dan bersikap asertif, maka anda akan mampu bersikap asertif di kenyataan. Seperti istilah fake it till you make it, ketika anda terus memikirkan dan berpura-pura bahwa anda bisa, maka pikiran bawah sadar anda akan merasa bahwa anda benar-benar bisa dan melakukan sikap asertif. Kenali prioritas anda dan bertindaklah sesuai dengan prioritas tersebut. Dengan memvisualisasikan keberhasilan dan sikap asertif, anda juga akan meningkatkan self-esteem dan juga kepercayaan diri yang anda miliki.

  2. Melihat Sudut Pandang Baru

    Orang yang asertif bersifat terbuka terhadap sudut pandang baru. Fokus utama bersikap asertif adalah untuk dapat mampu menyampaikan kebutuhan dan keinginan anda, tetapi ketika anda mengetahui apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh orang lain, maka anda dapat menentukan sebuah keputusan yang jauh lebih baik dan lebih mudah untuk mempersuasi orang dalam membuat keputusan yang akan disukai oleh kedua belah pihak. Ketika anda mempertimbangkan sudut pandang orang lain dan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh mereka, maka anda dapat menemukan win-win solution.

    Untuk dapat mencapai solusi ini, anda perlu bersikap terbuka dan tulus. Anda perlu mendengarkan dengan baik apa yang dibutuhkan orang lain. Dan sebelum anda berjalan lebih jauh, pertama anda perlu mengetahui niatan asli dan motif anda dalam mendengarkan serta membantu orang tersebut. Ketika niatan anda baik, maka anda akan mampu menetapkan pilihan yang terbaik bagi anda maupun pihak yang bersangkutan. Tunjukkan bahwa anda menghargai kebutuhan dan keinginan mereka juga serta tidak hanya memikirkan diri anda sendiri. Hal ini diperlukan untuk menghindari bergesernya niatan asertif anda menjadi sikap agresif. Ingat, sikap asertif bukanlah sikap yang hanya mengedepankan kebutuhan anda tanpa memikirkan orang lain. Bersikap asertif adalah mampu menyampaikan apa yang anda butuhkan dan masih menghargai orang lain.

  3. Tenang

    Salah satu perbedaan dari bersikap asertif dan agresif adalah bersikap tenang. Mungkin memang lebih mudah untuk menyampaikan kebutuhan dan keinginan anda dengan keras serta kasar kepada orang lain terutama ketika situasi mendesak dan sangat buruk. Anda merasa tertekan dan terpojokkan sehingga anda melontarkan segala kebutuhan anda dengan kasar, tetapi ini bukanlah sikap asertif. Anda mungkin menyampaikan apa yang anda butuhkan dan tidak hanya berdiam diri menerima keadaan, tetapi yang anda lakukan bukan bersikap asertif melainkan bersikap agresif.

    Sikap asertif adalah ketika anda dapat menjaga ketenangan sepanjang anda menyampaikan kebutuhan dan pendapat yang anda miliki. Bayangkan situasi dimana anda dalam kondisi tertekan dan lawan bicara anda menentang dengan suara keras atau amarah. Apa yang anda rasakan? Apakah anda akan menuruti keinginan orang tersebut atau anda akan melawan? Bahkan sebatas mempertimbangkan masukan yang diberikan, tentu anda akan menolak ketika dihadapkan dengan situasi seperti itu. Begitu juga yang dirasakan orang lain ketika anda melakukan hal yang sama. Ketika anda menyampaikan ketidaksetujuan atau masukan anda dengan tenang, maka orang yang marah pun atau sedang emosi dan berteriak akan lebih tenang serta bersedia untuk mendengarkan masukan dari anda.

  4. I statement

    ‘I’ Statement adalah sebuah metode berbicara dimana anda dapat menyampaikan perasaan, pendapat, pemikiran, dan keyakinan anda tanpa bernada menghakimi. Anda menggunakan kalimat yang berfokus pada ‘saya’ dibandingkan pada kata ‘anda’ atau orang lain. Hal ini mengurangi kecenderungan kalimat terlihat seperti menuduh atau menghakimi apa yang dilakukan atau tidak dilakukan orang lain. Orang cenderung akan mengelak atau mencari alasan ketika mereka dituduh. Maka dari itu anda perlu mengubah cara anda berkomunikasi menjadi lebih berfokus pada diri anda.

    Contohnya, anda merasa membutuhkan bantuan rekan anda dalam mengerjakan projek yang sebenarnya memang harus diselesaikan berdua. Tetapi rekan anda sama sekali tidak membantu anda sejak hari pertama projek diberlakukan. Rekan anda sibuk sendiri dengan tugas individualnya dengan alasan bahwa kuota tugas dia sudah terlalu banyak dan dia tidak memiliki waktu untuk menyelesaikan projek. Padahal anda pun sudah kewalahan dengan jumlah pekerjaan anda sendiri ditambah harus menyelesaikan projek kelompok seorang diri. Maka dibandingkan anda berbicara kepada rekan anda dengan “Anda tidak pernah membantu saya dan bersikap sangat egois. Anda harus membantu saya menyelesaikan projek ini.” sebaiknya anda menggunakan ‘I’ Statement. Berikut contoh kalimatnya:

    “Saya merasa kewalahan dengan projek ini jika harus saya kerjakan sendirian, saya membutuhkan bantuan anda untuk menyelesaikannya tepat waktu.”

    Terdengar lebih tenang dan tidak menuduh bukan? Dan tentunya rekan anda akan lebih mau menolong karena tidak ada tuduhan yang terlontar dan membuat ia mencari alasan defensif untuk menghindar.

  5. Klarifikasi

    Ketika anda dihadapkan dengan suatu situasi yang kurang jelas bagi anda, atau anda menerima informasi atau tugas yang tidak begitu anda pahami. Jangan ragu untuk mengklarifikasikan kembali mengenai apa yang sebenarnya dimaksud. Terutama ketika hal ini berhubungan dengan sesuatu yang ingin dan perlu dicapai. Hal ini diperlukan untuk menghindarinya kesalahpahaman yang dapat menimbulkan kekecewaan ketika tujuan tercapai tetapi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

    Begitu juga dengan anda, ketika anda menyampaikan informasi atau memiliki harapan atas orang lain. Maka anda jangan menyudahi pembicaraan dengan asumsi bahwa orang tersebut memiliki pemahaman yang sama dengan apa yang anda sampaikan. Coba tanyakan kembali untuk mengklarifikasi bahwa anda dan orang tersebut memiliki pemahaman yang sama dengan apa yang dibutuhkan. Jika ternyata belum sampai pada pemahaman yang sama, jelaskan kembali sampai orang itu paham.

Itulah 5 cara yang dapat anda lakukan untuk menjadi asertif. Dengan menerapkannya maka anda dapat memahami dan mulai berlatih untuk bisa menjadi individu yang lebih asertif.