10 Pertanyaan Dasar untuk Coaching Karyawan Anda
Jika Anda adalah seorang pemimpin, mana yang akan Anda pilih, menjadi seorang pemimpin fixer atau coaches? Fixer adalah mereka yang lebih sering mengambil posisi sebagai pemecah masalah. Sedangkan coaches adalah tipe pemimpin yang memposisikan diri sebagai pelatih.
Dalam dunia bisnis, saat ini banyak pemimpin yang lebih sering menjadi fixer dibandingkan dengan menjadi coaches. Padahal dalam mengelola tim, Anda semestinya mampu mendorong karyawan untuk mengambil keputusan secara mandiri tanpa perlu Anda perintahkan mengenai apa yang perlu dilakukan. Ketika pemimpin mampu melatih karyawannya, maka ia dapat meningkatkan kualitas kerja dan karyawan tersebut. Selain itu, karyawan juga bisa mencapai hasil yang jauh lebih tinggi dibandingkan ketika Anda mengambil tanggung jawab penuh untuk memperbaiki keadaan seorang diri.
Coaching diibaratkan sebuah proses mendapatkan penemuan. Sebuah kerja sama tim di mana Anda berperan sebagai pemandu untuk karyawan Anda dalam menemukan sebuah penemuan. Anda berperan untuk membantu karyawan dalam membuat keputusan, menyelesaikan masalah, atau meningkatkan keterampilan.
4 Jenis pertanyaan bermanfaat saat coaching
Coaching dianggap sebagai cara efektif untuk mengembangkan kemampuan karyawan karena Anda tidak perlu lagi memerintahkan apa yang perlu dilakukan karyawan atau melakukan tugas karyawan. Sebaliknya, karyawan akan mencari gagasan dengan mandiri dan menjadi lebih berkomitmen dalam menjalankannya.
Pada dasarnya proses coaching berisi pertanyaan-pertanyaan yang Anda rancang khusus untuk diberikan pada karyawan dengan tujuan agar bisa mendorong karyawan untuk terus maju.
Berikut ini adalah 4 jenis pertanyaan yang sangat bermanfaat dalam melakukan coaching:
- Clear and direct
Sampaikan pertanyaan dengan jelas dan tidak rumit atau berputar-putar. Untuk itu, Anda perlu membuat pertanyaan untuk tujuan mengklarifikasi sebuah situasi dan memimpin karyawan untuk mencapai solusi.
- Open ended
Kapan saat yang tepat untuk mengajukan pertanyaan terbuka dan tertutup? Anda dapat memberikan pertanyaan terbuka, jika Anda ingin karyawan berpikir lebih dalam sebelum menjawab, sehingga Anda bisa mendapatkan informasi baru. Sedangkan pertanyaan tertutup dapat Anda gunakan apabila Anda ingin mengumpulkan fakta.
- Nonjudgmental
Buatlah daftar pertanyaan sebelum pertemuan berlangsung. Baca kembali dan pastikan bahwa pertanyaan yang Anda buat tidak terkesan mengkritik karyawan Anda.
- Sometimes provocative for a purpose
Anda dapat memberikan sedikit dorongan kepada karyawan ketika Anda memiliki alasan yang tepat dan untuk bisa mencapai tujuan.
10 pertanyaan dasar untuk coaching
Berdasarkan keempat jenis pertanyaan tersebut, Anda dapat merancang dan mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan coaching yang tepat bagi Anda. Jika ini pertama kalinya Anda melakukan, jangan khawatir, sambil Anda mengumpulkan pertanyaan Anda dapat menggunakan 10 pertanyaan berikut:
- How can I help you?
Bukalah pertanyaan dengan bersahabat dan memiliki tujuan. Pertanyaan ini ditanyakan agar karyawan mengatakan tujuan yang ingin dicapai di awal pembicaraan. Dengan begitu Anda dapat memimpin mereka dan mempercepat berjalannya proses.
- What’s the worst that could happen?
Anda dapat memberikan pertanyaan ini ketika individu yang Anda latih kurang memiliki kepercayaan diri atau takut akan risiko. Dengan meminta mereka menyampaikan rasa takut yang dimiliki, Anda memiliki kesempatan untuk mengenali apakah ketakutan tersebut realistis atau tidak. Pertanyaan mengenai situasi terburuk yang dapat terjadi bisa membebaskan karyawan untuk membahas mengenai apa yang dianggap sebagai sesuatu yang tidak boleh dibahas.
- Can you tell me more about how you know this?
Pertanyaan ini dapat Anda sampaikan ketika individu yakin bahwa hanya terdapat satu alasan mengapa sesuatu bisa terjadi. Dengan memberikan pertanyaan ini Anda dapat mengetahui apakah individu tersebut bergerak berdasarkan fakta yang keliru seperti rumor, asumsi, atau informasi lama, atau kah mereka hanya tidak mau melihat adanya kemungkinan-kemungkinan lain.
- What does this person do well?
Pertanyaan ini dapat Anda tanyakan kepada atasan Anda setelah mereka mendeskripsikan dan membahas karyawan yang bermasalah. Anda dapat menanyakan mengenai apakah yang dilakukan dengan baik oleh karyawan tersebut dan dapat menjadi pengubah situasi. Pertanyaan tersebut dapat menetapkan apakah karyawan masih bisa diselamatkan atau tidak.
- Knowing what you know now, would you hire this person today?
Pertanyaan tertutup diberikan untuk mendapatkan jawaban ya atau tidak. Anda bisa menanyakannya kepada manajer yang kesulitan dalam mengambil keputusan mengenai seorang karyawan yang kinerjanya tidak meningkat bahkan setelah segala cara sudah dilakukan.
- Who else has a stake in this?
Berikan pertanyaan ini sebagai cara yang tidak menghakimi dalam mengingatkan orang bahwa suatu situasi tidak hanya tentang mereka. Orang akan lebih memperhatikan hal-hal di sekitar masalah dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi orang lain. Identifikasi siapa saja stakeholder lain yang dapat terlibat.
- Who could be your allies in this?
Dorong agar orang-orang tidak mengerjakan sesuatu seorang diri. Mintalah mereka untuk menuliskan siapa saja rekan yang dapat membantu mereka, hal ini dapat menantang karyawan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain dalam mencapai tujuan dan bisa membantu mereka untuk mempertanggungjawabkan pekerjaan.
- What happens if you do nothing?
Pertanyaan ini bisa digunakan sebagai peringatan mengenai suatu tindakan atau ketika tidak ada tindakan. Jawaban yang diberikan bisa menjelaskan apa saja hal-hal yang dapat terjadi ketika mereka gagal bertindak dan mendorong untuk melakukan yang selama ini dihindari.
- So whats success going to look like?
Pertanyaan diberikan saat menutup sesi percakapan. Dengan menggunakan pertanyaan ini dapat memberikan intonasi positive dan juga menjadi kesempatan terakhir bagi Anda untuk mendengarkan tujuan mereka.
- What are your next steps?
Berikan pertanyaan ini sebagai penutup, dan Anda dapat mengubah tujuan menjadi sebuah rencana yang kemudian menjadi tindakan nyata. Periksa kembali apakah karyawan memahami apa yang sudah dibahas sebelumnya. Ketika solusi cukup menantang atau kompleks, pertanyaan ini dapat memotongnya menjadi lebih sederhana dan potongan kecil tindakan yang sudah ditentukan.
Selain mengajukan pertanyaan, peran penting seorang pelatih adalah menjadi pendengar yang baik. Anda harus memfokuskan diri pada apa yang disampaikan oleh karyawan dan bagaimana mereka menyampaikannya. Jaga agar kontak mata Anda tetap terjaga, jangan biarkan Anda terdistraksi oleh smartphone ataupun laptop Anda. Periksa kembali bahasa tubuh yang Anda tunjukkan, pastikan bahasa tubuh bersahabat dan terbuka, kemudian jangan lupa untuk terus mengulangi gagasan utama yang disampaikan oleh lawan bicara dengan bahasa Anda sendiri. Dan yang tidak kalah penting adalah intonasi suara Anda. Saat menyampaikan pertanyaan Anda perlu memperhatikan intonasi suara Anda.
Itulah 10 pertanyaan yang bisa membantu Anda memberikan coaching pada karyawan. Jadi bagaimana? Masih tetap ingin hanya menjadi fixer saja atau mulai mengubah gaya kepemimpinan Anda menjadi seorang coaches?